Reaksi nukleofil
Nukleofil menyerang dari belakang ikatan C-L. Pada
satu keadaan (keadaan peralihan) nukleofil dan gugus bebas keduanya berasosiasi
dengan karbon dimana substitusi terjadi. Pada saat gugus bebas membawa serta
elektronnya nukleofil memberikan pasangan elektron lain. Lambang 2 digunakan
untuk mekanisme kerja ini sebab reaksi ini adalah bimolekuleratau
dua molekul, yaitu nukleofil dan substrat terlibat dalam 2 tahap kunci (memang
hanya satu-satunya tahap) dalam mekanisme reaksi.
Adapun cara mengetahui suatu nukleofil dan substrat bereaksi
dengan mekanisme SN2 yaitu :
1. Karena
nukleofil dan substrat terlibat, kecepatan reaksi bergantung pada konsentrasi
kedua pereaksi tersebut. Reaksi ion hidroksida dengan etil bromide adalah salah
satu contoh reaksi SN2. Jika konsentrasi basa (OH-)
dilipat duakan, kita dapati bahwa reaksi berjalan dua kali lebih cepat.Hasil
yang sama diperoleh jika konsentrasi etil bromide di lipatduakan. Akan kita
lihat segera bahwa sifat kecepatan reaksi begini tidak terdapat pada proses SN1.
2. Reaksi
terjadi dengan pembalikan(inverse) konfigurasi. misalnya, jika kita mereaksikan
(R)-2-bromobutana dengan natrium hidroksida, akan diperoleh (S)-2-butanol. ion
hidroksida harus menyerang dari belakang ikatan C-Br. Pada saat substitusi
terjadi, ke tiga gugus yang melekat pada karbon sp3membalik. Jika OH
menempati kedudukan yang samadengan Br, tentu (R)-2-butanol yang akan
diperoleh.
jika substrat R-L bereaksi melalui mekanisme SN2,
reaksi terjadi lebih cepat apabila R merupakan gugus metil atau gugus primer,
dan lambat jika R adalah gugus tersier. Gugus R sekunder mempunyai kecepatan
pertengahan. Alasan untuk urutan reaktivitas jika kita menggambarkan mekanisme
SN2. Di bagian belakang karbon, tempat penggantian terjadi,
keadaannya akan semakin berdesakan apabila gugus alkil yang melekat pada karbon
yang membawa gugus pergi semakin banyak, sehingga reaksinya menjadi lambat.
Mekanisme SN1
mekanisme SN1 adalah proses dua tahap. pada tahap
pertama, ikatan antara karbon dan gugus bebas putus, atau substrat terurai.
electron – electron ikatan terlepas bersama dengan gugus bebas, dan
terbentuklah ion karbonium. pada tahap kedua, yaitu tahap cepat, ion karbonium
bergabung dengan nukleofil membentuk hasil.
Pada mekanisme SN1 substitusi terjadi dua tahap.
Lambang 1 digunakan sebab pada tahap lambat hanya satu dari dua pereaksi yang
terlibat, yaitu substrat. tahap ini tidak melibatkan nukleofil sama sekali.
dikatakan, bahwa tahap pertama bersifat unimolekuler.
Adapun cara mengetahui suatu nukleofil dan substrat bereaksi
dengan mekanisme SN2 yaitu :
1. kecepatan reaksi tidak bergantung pada
konsentrasi nukleofil. Tahap penentu kecepatan adalah tahap pertama nukleofil
tidak terlibat. Setelah tahap ini terjadi, ion karbonium bereaksi dengan
nukleofil.
2. Jika karbon yang membawa gugus bebas
bersifat kiral, reaksi mengakibatkan hilangnya aktivitas optic (yaitu,
rasemisasi). Pada ion karbonium, hanya ada tiga gugus yang melekat pada karbon
positif. Karena itu, karbon positif mempunyai hibridisasi sp2 dan
berbentuk datar.
3. Jika substrat R-L bereaksi melalui
mekanisme SN1, reaksi berlangsung cepat jika R merupakan struktur
tersier, dan lambat jika R adalah struktur primer. Reaksi SN1
berlangsung melalui ion karbonium, sehingga urutan kereaktifannya sama dengan
urutan kemantapan ion karbonium. Reaksi bergantung lebih cepat jika ion
karbonium lebih mudah terbentuk.
Jadi, reaksi substitusi nukleofilik terdiri dari dua jenis yaitu
substitusi nukleofilik bimolekuler (Sn-2) dan substitusi nukleofilik
unimo-lekuler (Sn-1). Reaktan yang lazim digunakan untuk reaksi substitusi
nukleofilik adalah organo halida karena ion halogen (X") adalah mempakan
nukleofil yang sangat lemah (gugus pergi) yang baik.
PERBANDINGAN MEKANISME SN1 DAN SN2
SN2
|
SN1
|
|
Stuktur Halida
Primer atau CH3
sekunder
tersier
|
Terjadi
Kadang – kadang
Tidak
|
Tidak
Kadang – kadang
Terjadi
|
Stereokimia
|
Pembalikan
|
Rasemisasi
|
Nukleofil
|
Kecepatan bergantung pada konsentrasi nukleofil, mekanisme
memilih nukleofil anion
|
Kecepatan tidak bergantung pada konsentarsi nukleofil,
mekanisme memilih nukleofil netral
|
Pelarut
|
Kecepatan sedikit dipengaruhi kepolaran pelarut
|
Kecepatan sangat dipengaruhi kepolaran pelarut
|
Permasalahannya.
1. Mengapa
alcohol susah disubstitusi dengan gugus fungsi lain atau reagen lain? Dan Bagaimana
upaya agar dapat disubstitusi dengan reagen lain?
assalamualaikum saya aminah,,
BalasHapusingin sedikit membantu fitri khairati
Yang saya baca Alcohol sukar disubstitusi dengan reagen lain atau gugus fungsi lain, karena alcoholmembentuk ikatan hidrogen dengan sesamanya, ikatan O-H terpolarisasi olehkeelektronegatifan atom oksigen yang tinggi. Polarisasi ini menempatkan muatan positif parsial pada atom hidrogen dan muatan negatif parsial pada atom oksigen. Karena ukurannya yang kecil dan muatannya yang positif parsial, atom hidrogen dapat berhubungan dengan dua atom elektronegatif seperti oksigen. Dan Agar dapat disubstitusi, Pembuatan alkil halida dari alkohol, gugus – OH digati oleh atom halogen, Alkohol bereaksi dengan senyawa lain seperti hidrogen halida (HCl, HBr, dan HI) menghasilkan alkil halida (korida, bromida, dan iodida) R-OH + H-X → R-X + H-OH Alkohol alkil halida Reaksi substitusi ini merupakan cara umum yang berguna untuk menghasilkan alkil halida. Karena ion halida merupakan nukleofil yang baik, kita terutama memperoleh produk substitusi, bukannya dehidrasi.
semoga bermanfaat..
Assalamualaikum wr. wb
BalasHapussaya Putri Bungsu ingin mencoba membantu saudari fitri,Alkohol sukar untuk disubstitusi dengan gugus fungsi atau reagent lain disebabkan adanya gugus fungsi –OH, yang merupakan gugus yang ikatan hidroksilnya sulit mengalami pemutusan. Gugus hidroksil -OH ini juga merupakan ikatan hidrogen yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi dan termasuk kepada ikatan kovalen. Mekanisme reaksi substitusinya dapat melalui reaksi substitusi nukleofil unimolekuler atau substitusi nukleofil bimolekuler tergantung struktur alkohol yang bereaksi. Suatu alkohol tidak dapat mengalami substitusi pada larutan yang bersifat basa atau netral, karena gugus –OH merupakan basa kuat. Dan alkohol dapat disubstitusi dengan gugus fungsi atau reagen lain dengan cara mensubstitusikannya pada larutan asam.
semoga membantu..
Assalamualaikum, saya Rama Audina Nurfitriyana dg nim RSA1c114013 disini saya akan mncba mmbntu mnjwab permsalahan saudari ftri bahwa Alkohol sukar untuk disubstitusi oleh gugus fungsi lain karena adanya gugus fungsi –OH, yang merupakan gugus yang ikatan hidroksilnya sulit mengalami pemutusan. Gugus hidroksil –OH juga merupakan ikatan hidrogen yang memiliki keelektronegatifan yang tinggi dan termasuk kepada ikatan kovalen. Adapun mekanisme reaksi substitusinya dapat melalui reaksi substitusi nukleofil unimolekuler atau substitusi nukleofil bimolekuler tergantung struktur alkohol yang bereaksi. Suatu alkohol tidak dapat mengalami substitusi pada larutan yang bersifat basa atau netral, karena gugus –OH merupakan basa kuat. Semoga membantu, trims
BalasHapusWassalam :)