ORGANOLOGAM
A. Struktur Kimia
Senyawa organologam ialah senyawa
yang karbonnya terikat langsung ke suatu atom logam (seperti raksa, seng,
timbal, magnesium atau litium) atau ke metalloid-metaloid tertentu (seperti
silicon, arsen atau selen). Berikut merupakan sedikit penjelasan dari
senyawa-senyawa organologam:
1.
Lithiuim
Salah satu senyawa organologam
yang memiliki unsur Lithium adalah Metillithium (CH3Li)4. Organologam yang mengandung Lithium mempunyai
rumus molekul sebagai berikut RLi(LiX)1-6. Bentuk molekul dari
Metillithium adalah tetrahedral dengan Li4 dengan gugus CH3 terletak
secara simetris di atas setiap bidang tetrahedron. Berikut merupakan bentuk molekul dari
Metillithium
2.
Magnesium
Senyawa
yang terbentuk antara karbon dan magnesium dapat membentuk rumus molekul
seperti berikut RMgX. Dengan R merupakan alkil dan X merupakan halide (F, Br,
dan I) contohnya pada pereaksi Grignard. Atom Mg biasanya terkoordinasi
tetrahedral.
Dalam kebanyakan
senyawa organik karbon tidak bermuatan . Dalam senyawa organologam karbon kaya akan elektron dan bermuatan
negatif. Hal tersebut dikarenakan karbon dalam senyawa organologam terikat pada
suatu unsur elektropositif yang berarti
karbon tersebut akan berfungsi sebagai basa atau nukleofil dan karena itu karbon tersebut bermuatan
negatif.
Pada umumnya memang
karbon lebih elektronegatif dan bermuatan negatif jika atom itu terikat pada
suatu atom logam, suatu ion dengan atom karbon bermuatan negatif disebut
karbanion. Oleh karena itu karbon yang terikat pada sebuah atom logam mempunyai
karakter karbanion.
Senyawa karbonil logam yang terdiri atas logam dan ligan CO biasanya
dipreparasi dengan reaksi langsung serbuk logam yang kereaktifannya tinggi
dengan karbon monoksida, atau dengan reduksi garam logam ke valensi nol diikuti
dengan reaksi dengan karbon monoksida tekanan tinggi. Namun,
tetrakarbonilnikel, ditemukan pertamakali di akhir abad 19, terbentuk dengan
reaksi logam nikel dan karbon monoksida pada suhu kamar dan tekanan atmosfer.
Preparasi senyawa karbonil logam yang lain, di pihak lain memerlukan suhu dan
tekanan tinggi.
Senyawa karbonil
logam mononuklir memiliki struktur koordinasi polihedral yang bersimetri
tinggi. Kromium, molibdenum, dan tungsten heksakarbonil, M(CO)6,
mempunyai struktur oktahedral reguler, penta-koordinat pentakarbonilbesi,
Fe(CO)5, berstruktur segitiga bipiramid, dan tetrakarbonilnikel,
Ni(CO)4, memiliki koordinasi tetrahedral reguler (Gambar 6.14). Atom
karbon ligan karbonil berkoordinasi dengan logam, dan lingkungan CO
berorientasi searah dengan sumbu logam-karbon. Karbonil logam binuklir Mn2(CO)10
memiliki ikatan Mn-Mn yang menghubungkan dua piramida bujur sangkar Mn(CO)5.
Dalam Fe2(CO)9, dua sub satuan Fe(CO)3
dijembatani tiga ligan CO, dan dalam Co2(CO)8, dua satuan
Co(CO)3 digubungkan dengan tiga jembatan CO dan sebuah ikatan Co-Co.
Ada sejumlah senyawa
karbonil logam dengan ikatan logam-logam yang menghubungkan tiga atau lebih
logam, dan CO terminal, µ-CO (jembatan di antara dua logam), dan µ -CO
(jembatan yang menutupi tiga logam) berkoordinasi dengan kerangka logam (lihat
bagian 6.3 (f)). Banyak karbonil kluster yang dibentuk dengan reaksi senyawa
karbonil mononuklir dan karbonil binuklir. Senyawa karbonil logam khas dan
sifatnya diberikan di Tabel 6.4.
B.
Tatanama
Senyawa organologam ialah senyawa
yang karbonnya terikat langsung ke suatu atom logam (seperti raksa, seng,
timbal, magnesium atau litium) atau ke metalloid-metaloid tertentu (seperti
silicon, arsen atau selen).
CH3CH2CH2CH2Li
(CH3)4Si CH3ONa
n-butillitium tertrametisilana (TMS)
natrium metoksida
organologam
organologam tidak
dianggap sebagai organologam
(tak ada ikatan karbon-logam)
Senyawa organologam biasanya dinamakan sebagai
logam diganti, misalnya alkil logam atau logam alkil halida. senyawa
Organomagnesium umumnya disebut sebagai pereaksi Grignard. Contoh: CH3Li
= lithium metil, CH3MgBr = metil magnesium bromida.
Cara penamaan organologam
yang diterima umum adalah sebagai berikut:
1.
Gunakan nama kumpulan organic R, sebagai awalan kepada
nama logam.
Contoh: C2H5Na:
etilnatrium
2.
Jika terdapat
lebih daripada satu kumpulan R, tambahkan awalan (se4perti di-, tri-, …atau
bis, tris,…bagi kumpulan kompleks) dan dicantumkan kepada nama diatas.
Contoh: (C2H5)2Mg:
dietilmagnesium
3.
Jika kumpulan yang serupa terikat kepada logam,
sebatian tersebut dinamakan dengan menyebut nama kumpulan tersebut mengikuti
susunan abjad.
Contoh: (C6H5)2Sn(CH3)2:
difenildimetiltimah
4.
Jika kumpulan anion yang lain seperti H, X, OOCR, OR
atau NR2 berikatan dengan logam, nama kumpulan ini yang diakhiri
dengan –ida diletakkan setelah nama logam.
Contoh: (C2H5)2SnCl2:
dietiltimah diklorida
5.
Kita juga boleh menambahkan anion itu sebagai awalan
bagi nama sebatian tetapi awalan yang berakhir dengan O hendaklah disambungkan
kepada kumpulan R yang lain mengikuti susunan abjad seperti hidrido, kloro,
nitride, okso dan sebagainya.
Contoh: (C2H5)2SnCl2:
dietildiklorotimah
6. Senyawa silikon dan beberapa mettaloid
lainnya diberi nama sebagai turunan (derivat) dari hidridanya dengan satu suku
kata
Contoh: SiH4 silana
(CH3)2SiH2 dimetilsilana
(C6H5)2Si(CH3)2 difenildimetilsilana
Kimia Organologam Logam Blok d
Kimia organologam logam transisi masih
relatif baru. Walaupun kompleks etilena platina yang disebut dengan garam
Zeise, K[PtCl3(C2H4)], tetrakarbonilnikel, Ni(CO)4, dan pentakarboniliron, Fe(CO)5, yang kini diklasifikasikan senyawa organologam,
telah dipreparasi di abad ke-19, ikatan dan strukturnya waktu itu belum
dikeahui. Riset W. Hieber dkk pada senyawa karbonil logam merupakan
penanda penting di tahun 1930-an, tetapi hasil-hasil studi ini sangat terbatas
karena analisis struktur yang belum berkembang pada waktu itu.
Penemuan ferosen, Fe(C5H5)2, di tahun 1951 merupakan fenomena penting dalam
kimia organologam. Modus ikatan yang sangat unik dalam senyawa ini menjadi
sangat jelas terlihat dengan hasil analisis struktural kristal tunggal sinar-X,
spektrum NMR, spektrum IR, dsb; dan merupakan titik awal perkembangan
selanjutnya di bidang ini. Merupakan penemuan besar bahwa ferosen menunjukkan
kestabilan termal yang tinggi walaupun ada anggapan umum ikatan logam
transisi-karbon akan sangat tidak stabil. Namun dengan jelas ditunjukkan bahwa
senyawa ini memiliki struktur berlapis dengan lima atom karbon gugus
siklopentadienil terikat secara simultan pada atom besi. Walaupun berbagai
modus ikatan ligan hidrokarbon akhirnya ditemukan satu demi satu, aplikasi
industri senyawa organologam logam transisi meningkat dengan penemuan katalis
polimerisasi olefin (katalis Ziegler), katalis hidrogenasi homogen (katalis
Wilkinson), dan katalis sintetik asimetrik. Hadiah Nobel dianugerahkan pada
Ziegler dan Natta (1963), E. O. Fischer, dan G. Wilkinson (1973) sebagai
penghargaan atas pentingnya penemuan-penemuan ini.
Berdasarkan definisi, dalam senyawa organologam,paling tidak ada satu ikatan
logam-karbon, tetapi kompleks CN dan sebagainya biasanya dianggap bukan
senyawa organologam. Senyawa logam karbonil merupakan senyawa
organologam; dalam berbagai aspek ikatan, struktur dan reaksi, dan
senyawa-senyawa ini merupakan sistem model yang baik untuk memahami esensi
kimia organologam logam transisi.
a Senyawa karbonil logam
Senyawa karbonil logam yang terdiri atas
logam dan ligan CO biasanya dipreparasi dengan reaksi langsung serbuk logam
yang kereaktifannya tinggi dengan karbon monoksida, atau dengan reduksi garam
logam ke valensi nol diikuti dengan reaksi dengan karbon monoksida tekanan
tinggi. Namun, tetrakarbonilnikel, ditemukan pertamakali di akhir abad 19,
terbentuk dengan reaksi logam nikel dan karbon monoksida pada suhu kamar dan tekanan
atmosfer. Preparasi senyawa karbonil logam yang lain, di pihak lain memerlukan
suhu dan tekanan tinggi.
Senyawa karbonil logam mononuklir memiliki
struktur koordinasi polihedral yang bersimetri tinggi. Kromium, molibdenum, dan
tungsten heksakarbonil, M(CO)6, mempunyai
struktur oktahedral reguler, penta-koordinat pentakarbonilbesi, Fe(CO)5, berstruktur segitiga bipiramid, dan
tetrakarbonilnikel, Ni(CO)4, memiliki
koordinasi tetrahedral reguler (Gambar 6.14). Atom karbon ligan karbonil
berkoordinasi dengan logam, dan lingkungan CO berorientasi searah dengan sumbu
logam-karbon. Karbonil logam binuklir Mn2(CO)10 memiliki ikatan Mn-Mn yang menghubungkan dua
piramida bujur sangkar Mn(CO)5. Dalam Fe2(CO)9, dua sub satuan
Fe(CO)3dijembatani tiga ligan CO, dan dalam Co2(CO)8, dua satuan
Co(CO)3 digubungkan dengan tiga jembatan CO dan sebuah
ikatan Co-Co.
Ada sejumlah senyawa karbonil logam dengan ikatan logam-logam yang
menghubungkan tiga atau lebih logam, dan CO terminal, µ-CO (jembatan di antara
dua logam), dan µ -CO (jembatan yang menutupi tiga logam) berkoordinasi dengan
kerangka logam (lihat bagian 6.3 (f)). Banyak karbonil kluster yang dibentuk
dengan reaksi senyawa karbonil mononuklir dan karbonil binuklir. Senyawa
karbonil logam khas dan sifatnya diberikan di Tabel 6.4.
Donasi balik
Senyawa karbonil logam terdiri dari karbon
monoksida yang terkoordinasi pada logam bervalensi nol. Untuk waktu yang lama,
orang tidak dapat menjelaskan mengapa ikatan semacam itu mungkin terjadi, dan
apalagi ikatannya stabil. Kepercayaan bahwa ikatan koordinasi normal dibentuk
dengan donasi elektron dari ligan yang sangat basa kepada logam merupakan dasar
teori koordinasi A. Werner. Karena kebasaan karbon monoksida sangat rendah
ikatan logam-karbon biasanya tidak stabil, oleh karena itu penjeasan yang cocok
untuk kestabilan senyawa karbonil logam perlu dicari. Bila bentuk dan simetri
orbital d logam dan orbital π (anti ikatan)
CO untuk ikatan karbon-oksigen bond cocok untuk tumpang tindih, interaksi
ikatan antara logam dan karbon diharapkan dapat dibentuk. Skema ikatannya
ditunjukkan di Gambar 6.15 berdasarkan pandangan ini. Mekanisme elektron
didonasikan ke orbital π* karbon monoksida yang kosong dari orbital d logam
disebut donasi balik. Karena akumulasi elektron yang terlalu banyak
dalam logam yang berbilangan oksidasi rendah dihindari, donasi balik
menghasilkan stabilisasi ikatan M-C.
Peningkatan dalam orde ikatan logam-karbon direfleksikan dalam
peningkatan frekuensi ulur M-C dan penurunan frekuensi ulur C-O dalam spektrum
vibrasinya. Spektrum IR sangat bermanfaat sebab frekuensi karbonil sangat mudah
dideteksi. Penurunan bilangan oksidasi logam dengan aliran muatan negatif dari
ligan yang terkoordinasi tercerminkan dalam penurunan frekuensi ulur C-O.
C. Sifat Fisik dan Sifat Kimia
1. Senyawaan ionik dari logam elektropositif
Senyawaan organo
dari logam yang sangat elektropositif biasanya ionic, tidak larut dalam pelarut
hidrokarbon, dan sangat reaktif terhadap udara, air, dan sejenisnya. Kestabilan
dan kereaktifan senyawaan ionic ditentukan dalam satu bagian oleh kestabilan
ion karbon. Senyawaan yang mengandung anion tidak stabil (misalnya CnH2n+1-)
umumnya sangat reaktif dan seringkali tidak stabil dan sulit diisolasi. Garam
logam ion-ion karbon yang kestabilannya diperkuat oleh delokalisasi rapatan
electron lebih stabil meskipun tetap sangat reaktif ; contohnya adalah (C6H5)3C-Na+
dan (C5H5-)2Ca2+.
2. Senyawaan terikat-σ
Senyawaan organo
dimana sisa organiknya terikat pada suatu atom logam dengan suatu ikatan
kovalen normal 2-elektron (sekalipun dalam beberapa kasus dengan sifat ionic
yang dapat diterima) dibentuk oleh kebanyakan logam dengan keelektropositifan
rendah dan tentu saja oleh unsure-unsur nonlogam. Hokum valensi normal
diterapkan dalam kasus-kasus ini, dan terjadi substitusi parsial halide,
hidroksida, dan sebagainya. Dalam kebanyakan senyawaan ini, ikatan terutama
adalah kovalen dan kimiawinya dari kimiawi karbon sehubungan dengan
factor-faktor berikut :
a. Kemungkinan penggunaan orbital d yang lebih
tinggi seperti dalam contoh, SiR4 yang tidak tampak pada CR4.
b. Kemampuan donor alkil atau aril dengan
pasangan electron menyendiri seperti dalam Pet3, SMe2,
dan sebagainya.
c. Keasaman Lewis sehubungan dengan kulit
valensi yang tidak penuh seperti dalam ZnR2.
d. Pengaruh perbedaan keelektronegatifan antara
ikatan-ikatan M-C atau C-C
Logam transisi dapat membentuk alkil
sederhana atau aril, namun hal ini biasanya kurang stabil daripada
senyawaan-senyawaannya dengan unsure-unsur golongan utama. Terdapat banyak
senyawaan dimana terdapat ligan tambahan seperti CO atau PR3.
3. Senyawaan yang terikat secara nonklasik
Dalam banyak
senyawaan organologam terdapat suatu jenis ikatan logam pada karbon yang tidak
dapat dijelaskan dalam bentuk ikatan ionic atau pasangan elektron. Salah satu
kelas alkil terdiri atas Li, Be, dan Al yang mempunyai gugus-gugus alkil
berjembatan. Di sini, terdapat kekurangan elektron seperti dalam bor hidrida,
dan ikatannya mirip jenis yang berpusat banyak. Kelas kedua yang jauh lebih
besar terdiri atas senyawaan logam-logam transisi dengan alkena, alkuna, benzene, dan system cincin lainnya
seperti C5H5-. Mula-mula akan diperlihatkan
senyawaan organo dari unsure-unsur golongan utama, termasuk yang berikatan
nonklasik, dan kemudian pada senyawaan logam transisi.
4.
Organologam biasanya disimpan dalam larutan dalam
pelarut organik karena memiliki reaktivitas yang sangat tinggi (terutama dengan
H 2 O, O 2 dll)
5.
Carbon-Metal (C-M) dari Organolithium dan
organomagnesium (pereaksi Grignard memiliki ikatan σ antara atom C dan logam,
ikatan tersebut sangat polar, dan
memiliki ikatan kovalen karena logam tersebut elektropositif.
6.
Pereaksi Grignardmerupakan basa kuat karena memilki
muatan negatif pada karbon.
Senyawa Organologam
|
SIFAT
FISIK
|
SIFAT KIMIA
|
Organolithium
|
Berupa
cairan atau padatan bertitik leleh rendah, dan berupa kristal putih
(metillithium);
Larut
dalam senyawa hidrokarbon dan cairan nonpolar;
Tingkat
penguapan tinggi.
|
Lebih
reaktif dibandingkan pereaksi grignard;
Bereaksi cepat
dengan oksigen, biasanya secara spontan menyala dalam udara, dengan cairan
air, dan dengan uap air.
|
Organonatrium
dan
Organokalium
|
Tidak
larut dalam senyawa hidrokarbon;
Mudah
menguap.
|
Sangat
reaktif;
Terhidrolisis
kuat dalam air.
|
Organomagnesium
|
Berupa
kristal
|
Reaktif;
Mudah
teroksidasi oleh udara;
Mudah
terhidrolisis.
|
Senyawa Organologam
|
SIFAT FISIK
|
SIFAT KIMIA
|
Organomerkuri
|
Berupa padatan kristal;
Lebih larut dalam cairan organik daripada
air;
Pada alkil atau aril cairan nonpolar, mudah
menguap, beracun, tidak berwarna, padatan bertitik leleh rendah;
|
Zat kovalen nonpolar;
Tidak reaktif terhadap udara dan air;
|
Organoaluminium
|
Berupa cairan
|
Reaktif;
Tidak menyala dalam udara dan tidak meledak
dalam air;
|
D. Reaksi-reaksi
Senyawa Organologam
Reaksi Pembuatan Senyawa
Organologam
Terdapat banyak cara
untuk membentuk ikatan-ikatan logam antara karbon dengan logam transisi dan
nontransisi. Beberapa yang penting adalah sebagai berikut:
1.
Reaksi logam langsung (Frankland, 1848)
Mg + CH3I
→ CH3MgI
eter
2.
Penggunaan zat pengalkilasi
PCl3 + 3C6H5MgCl → P(C6H5)3 + 3MgCl2
VOCl3 + 3(CH3)SiCH2MgCl → VO(CH2SiMe3)3 + 3MgCl2
PtCl2(Pet3)2 + CH3MgCl → PtCl(CH3)(Pet2)2 + MgCl2
3.
Interaksi hidrida logam atau nonlogam dengan alkena
atau alkuna
1/2 B2H6 + 3 C=C → B-(C=C)3
4.
Reaksi oksidasiAdidi
Dimana alkil atau aril halida ditambahkan kepada
senyawa logam transisi terkoordinasi tidak jenuh menghasilkan ikatan logam
karbon.
RhCl(PPh3)3 + CH3I → RhClI(CH3)(PPh3)2 + PPh3
5.
Reaksi Inseri
Reaksi-reaksi
senyawa organologam
Bagan 1. reaksi senyawa organologam dengan
senyawa karbonil
Bagan2. Reaksi
senyawa organologam
1. Substitusi
Reaksi penggantian suatu ugus dengan gugus
lain
2. Eliminasi
Reaksi penggantian ikatan, dari ikatan
tunggal menjadi rangkap.
3. Oksidasi
4. Adisi
Reaksi adisi adalah
reaksi pengubahan senyawa yang berikatan rangkap (tak jenuh) menjadi senyawa
yang berikatan tunggal (jenuh) dengan cara menambahkan atom dari senyawa lain.
Reaksi adisi hanya dapat terjadi pada senyawa yang memiliki ikatan rangkap.
Atau dengan kata lain reaksi adisi adalah
reaksi penambahan suatu atom atau gugus atom kedalam senyawa.
E. Kegunaan
Senyawa Organologam
Kegunaan
senyawa organologam diantaranya untuk mensintesis senyawa-senyawa hidrokarbon
seperti alcohol dan asama karboksilat dengan mereaksikan senyawa aldehid dan
keton menggunakan regensia Grignard.
Selain itu, senyawa organologam juga
berfungsi sebagai katalis, salah satu katalis yang paling terkenal adalah katalis Ziegler-Natta.
Katalis Ziegler-Natta ditemukaan poleh Ziegler pada tahun 1953 yang digunakan untuk polimerisasi etana, yang selanjutnya pada tahun 1955 Natta menggunakan katalis tersebut untuk polimerisasi propena dan monomer jenuh lainnya. Katalis Ziegler-Natta dapat dibuat dengan mencampurkan alkil atau aril dari unsur golongan 11-13 pada susunan berkala, dengan halida sebagai unsur transisi.
Saat ini katalis Ziegler-Natta digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Polietilen dan polipropilen digunakan untuk memproduksi plastik.
Katalis Ziegler-Natta ditemukaan poleh Ziegler pada tahun 1953 yang digunakan untuk polimerisasi etana, yang selanjutnya pada tahun 1955 Natta menggunakan katalis tersebut untuk polimerisasi propena dan monomer jenuh lainnya. Katalis Ziegler-Natta dapat dibuat dengan mencampurkan alkil atau aril dari unsur golongan 11-13 pada susunan berkala, dengan halida sebagai unsur transisi.
Saat ini katalis Ziegler-Natta digunakan untuk produksi masal polietilen dan polipropilen. Polietilen dan polipropilen digunakan untuk memproduksi plastik.
DAFTAR
PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson. 2009. Kimia
Anorganik Dasar.Jakarta:UI Press











Tidak ada komentar:
Posting Komentar